09 September 2013

Sebuah Catatan Apresiasi

Selasa, 3 September lalu, di akhir kegiatan perkuliahan, mahasiswa-panitia meminta kesediaan saya untuk menjadi apresiator acara bedah buku Find Your Best Teacher. Siang keesokan harinya saya menerima buku tersebut, yang sejujurnya, tidak saya baca langsung. Pekerjaan dan keluarga telah menyita perhatian saya lebih dahulu. Malam harinya, begitu ada kesempatan, selepas dua jagoan kecil saya terlelap tentu saja, saya bisa lebih fokus memberi perhatian pada buku tersebut. Seperti buku-buku yang pernah saya baca sebelumnya, biasanya saya perhatikan bagian catatan atau komentar orang-orang terlebih dahulu. Ketika testimoninya menimbulkan minat untuk mencari tahu lebih banyak, saya beranjak pada daftar isi buku. Ketika daftar isinya menarik, baru saya lihat siapa penulisnya. Jika bukunya bagus, setelah akumulasi ketiga langkah di atas, biasanya akan berlanjut pada tahap pembacaan buku sampai tuntas, dan dalam waktu yang tidak lama. Dan hal itu pulalah yang terjadi pada buku ini. Saya menyelesaikan membacanya dalam waktu kurang dari tiga hari. Di sela-sela kegiatan saya di kampus sebagai dosen dan kegiatan rumah tangga sebagai istri dan ibu. Sejak duduk di bangku SMA, selain buku-buku sastra yang menjadi menu utama, saya sudah membaca buku-buku motivasi. Carnegie, Napoleon Hill, Marwah Daud Ibrahim, Andreas Harefa, adalah beberapa nama penulis buku motivasi -guru-guru imajiner- yang bisa saya ingat. Dari mereka saya banyak belajar sekaligus belajar banyak. Walaupun ada juga kawan yang anti buku motivasi dengan alasan bahwa kawan-kawan dan keluarganya sudah menjadi motivasi sekaligus inspirasi baginya. Bagi saya sendiri, buku motivasi cukup berperan dalam menjaga nyala api dari mimpi-mimpi yang kita ciptakan sendiri. Demikian halnya dengan buku ini. Menarik, lugas, dan inspiratif. Paling tidak, tiga kata itu dapat mewakili testimoni saya. Narasi berbentuk dialog menjadi pilihan cara yang apik dalam menyajikan isi buku sehingga tidak terkesan menggurui. Ayat-ayat suci yang banyak mewarnai narasi buku ini berkontribusi dalam menguatkan nilai-nilai Islami sekaligus menjadi landasan spiritual yang murni. Analogi-analoginya sederhana namun penuh makna sehingga mudah dicerna oleh para pembaca –khususnya yang berusia muda. Melalui dialog, kisah fiktif, atau pengalaman penulisnya, buku ini mengajak para pembaca untuk meletakkan satu-satunya alasan sekaligus tujuan kehidupan yang paling esensi, yakni sang Khaliq. Memaparkan konsep tauhid dengan pendekatan yang faktual sehingga lebih membumi. Mengajak para pembaca untuk meningkatkan potensi dan kompetensi diri melalui guru-guru kehidupan terpilih. Menyajikan pernyataan-pernyataan yang menuntun kita untuk bisa dan senantiasa mengenal serta memberdayakan konsep diri yang baik, guna membangun citra diri yang positif. Sedikit meminjam teori klasik dalam ilmu sastra, buku ini berperan dalam fungsi apresiasinya sebagai penunjang dalam pembentukan watak para pembaca. Di antara sekian hal yang dipaparkan dalam buku ini, saya menggarisbawahi dua hal penting yang mendasar, yakni memuliakan orang tua dan khidmat kepada guru Saya belajar tentang Berpikir dan Berjiwa Besar-nya Napoleon Hill; belajar tentang Mengelola Hidup dan Merencanakan Masa Depan-nya Marwah Daud Ibrahim; belajar tentang bersikap dan berbuat adil bahkan sejak dalam pikiran dari sosok Pramoedya. Adapun buku setebal 212 halaman ini menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah nalar tentang banyak aspek kehidupan manusia.yang semuanya diorientasikan pada tercapainya kehidupan yang berkualitas: hidup yang rahmatan lil alamin. Oleh karenanya, di forum terbuka ini, izinkan saya menyampaikan salam takzim kepada sang penulis. Yang dalam usia mudanya telah mampu memaparkan jalan pencerahan bagi terbukanya pikiran dan termuliakannya kehidupan. Alhamdulillaahirobbil’aalamiin.
Disampaikan pada kegiatan Bedah Buku Find Your Best Teacher yang diselenggarakan oleh BEM REMA UPI Kampus Tasikmalaya dan UKM Aksara, Minggu, 8 September 2013.